Halaman

Selasa, 16 Oktober 2012

Road to Europe (part II ): Holland Education Fair and Placement Day 2012


"Bapak nggak masalah kalaupun harus tidur di emper toko, asalkan anak bapak bisa ambil gelar master keluar negeri". Begitu kata beliau berulang kali yang membuat saya menahan air mata di pelupuk. Sedikit hiperbolis menurut saya, namun bisa saya maklumi. Siapa sih orang tua yang nggak menggantungkan harapan tinggi pada buah hatinya? Apalagi saya anak pertama, panutan bagi adik-adik saya. 

Dulu saya masih sering bertanya "Kenapa harus di luar negeri? Apa perguruan tinggi di Indonesia kurang bagus?"

Tapi beliau selalu bisa meyakinkan saya dengan kata-kata ajaib yang entah didapat dari mana "Nduk, Imam Syafi'i pernah berkata:  Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan.Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang. Singa jika tak meninggalkan sarang, tak akan dapat mangsa.Anak Panah jika tidak ditinggalkan busur tak akan kena sasaran.Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan akan terus diam, tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digai dari tambang.Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.” Akupun diam seribu bahasa namun dalam hati mengiyakan. 

Begitulah, he inherits his dream. Jadilah study abroad menjadi salah satu warisan mimpi yang kukantongi dan Eropa merupakan benua impian yang aku ingin kunjungi. Siapa coba yang nggak ingin belajar sekaligus mengikuti jejak Jesse dan Celine di film Before Sunrise? Wandering around Austria, naik kapal di sungai Seine sambil menikmati pemandangan Notre Dame sore hari? Dan akhirnya beberapa bulan lalu aku menentukan pilihan diantana negara-negara di Uni Eropa: Belanda. Semua itu karena saya baru saya mendapat kesempatan berkunjung di Kantor Neso Jakarta karena menjadi finalis Kompetiblog yang mereka adakan. 

Suasana yang hangat begitu kental terasa meskipun baru beberapa jam disana. They treated us, the finalists, as if we were their family and aftermath, we're a family. We still are today. Selain mendapat keluarga baru disana, disuguhin refresments yang maknyus-maknyus, aku juga bisa ketemu mbak Windy Ariestanty salah satu editor GagasMedia yang kece , yes mbak Windy editornya si Raditya Dika. hihi. One buckectlist checked. Anyway karena aku ada flight jam 4 sore aku nggak bisa berlama-lama setelah acara. Sebenernya cukup menyesal karena nggak sempet banyak tanya-tanya tentang course yang aku minati. Walaupun belum berhasil Summer Course ke Belanda Tahun ini, I'm not gonna quit. Winner never quits, quiter never wins.  [Baca tulisan saya sebelumnya disini] And God really is good. He opens other windows when one door closed. Akhirnya nggak perlu jauh-jauh bakal ada Holland Education Fair di Semarang and Placement day di Jogja. It's just one hour away from my hometown saya. Lucky me! 

Di Placement day. kita bisa langsung konsultasi langsung sama perwakilan dari universitas-universitas dari Belanda dan menyerahkan langsung dokumen-dokumen yang nantinya dibutuhkan untuk pendaftaran. Jadi disana kita bisa tahu persyaratan yang kurang apa aja dan bisa dapet saran-saran yang berguna dari para perwakilan atas program studi yang kita pilih. Apakah sesuai atau tidak, bagaimana langkah-langkahnya, dan beasiswa yang ditawarkan oleh universitas. Dokumen-dokumen yang sebaiknya dibawa meliputi: 

- Fotokopi ijazah yang dilegalisir oleh sekolah/universitas dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
- Fotokopi daftar nilai (rapor/transkrip) yang dilegalisir oleh sekolah/universitas dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
- Skor kemampuan bahasa Inggris IELTS atau TOEFL (dapat menyusul)
- Motivation Letter
- 2 (dua) buah surat rekomendasi dari dosen/atasan di tempat bekerja (khusus untuk mendaftar S2)
- Riwayat hidup / curriculum vitae (khusus untuk mendaftar s2)

Itu garis besarnya, hanya saja perlu diingat bahwa beberapa program studi mungkin membutuhkan dokumen-dokumen tambahan selain yang telah disebutkan di atas.

Nah, bagi yang sudah siap langsung dateng aja ke Placement Day Yogyakarta tanggal Senin, 29 Oktober 2012, dari jam 3 sampai jam 6 sore di Gedung Pertamina Tower Lt. 7 Fak. Ekonomika & Bisnis - UGM. Atau kalau berada di sekitar Jakarta bisa datang ke Erasmus Huis Kamis 1 November 2012 jam 4 sore sampai jam 7 malam. 

Buat yang mungkin masih mempersiapkan studinya tapi masih bingung mau masuk universitas apa saya anjurkan datang ke Holland Education Fair di Hotel Santika Semarangg Rabu, 31 Oktober 2012 dari jam 12 siang jam 6 sore. 6 jam loh! Puas nggak tuh? Masih belom puas juga dan pengen tanya-tanya? Monggo, email aja langsung ke hef@nesoindonesia.or.id

Buat yang di kota lain, pameran edukasi universitas di Belanda ini bakal hadir lagi kok tenang aja. Nanti di Europe Higher Education Fair (EHEF) i Jakarta (3-4 November 2012) dan Medan (6 November 2012) Informasi mengenai EHEF dapat dibaca di www.ehef-indonesia.org

So catat ya tanggalnya dan bawa syaratnya, jangan sampai ketuker!


PLACEMENT DAY YOGYAKARTA
Hari/tanggal : Senin, 29 Oktober 2012
Waktu          : 15.00-18.00 WIB
Tempat         : Gedung Pertamina Tower Lt. 7 Fak. Ekonomika & Bisnis - UGM

HOLLAND EDUCATION FAIR SEMARANG
Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012
Waktu          : 12.00-18.00 WIB
Tempat         : Hotel Santika Premiere, Jl. Pandanaran 116-120 Semarang

PLACEMENT DAY JAKARTA
Hari/tanggal : Kamis, 1 November 2012
Waktu          : 16.00-19.00 WIB
Tempat         : Erasmus Huis, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. S-3 Jakarta 12950

Ayo-ayo kalau mau dan berusaha kita pasti bisa meraih impian kita.
  Dreams are cheap, why dream tiny? ;)

Kamis, 04 Oktober 2012

24


Nggak adil rasanya setelah dua tahun jalan dan bahkan udah hampir nikah gue belum pernah nulis tentang laki gue (hehehe sorry ye pake lu gue :p).
So this moment gue pengen nulis tentang doi. Well apakah justru jadi nggak spesial ya, soalnya gue juga pernah nulis tentang mantan maupun orang yang gue kagumi? Ya enggak lah beda dong. Ini sampe gue bela2in nulis malem2 di blog tengah malem :p
Well, sebenernya ini semacam FAQ aja sih atas segala pertanyaan fans(yakaleee gue punya) seputar calon suami gue. Biar nggak pada nanya2 lagi tentang ini itu( emang ada yang pengen tau??). Wakaka kali aja ada yg kepo :')


Q: Kalian kenal dimana sih?
A: Kebetulan kita kenal pas lagi naik Euro trans da menuju Vienna (eh itu Ethan Hawke sama Juli Delphy deng yaaaak) hihi truth is kita itu sekelas pas smp kelas 3 n sma kelas 1. Tapi Bogi ini cukup terkenal jaman kelas satu soalnya dimensi badannya paling kecil se sekolah. Yah semacam si Frodo lah :))

Q: What?? sekelas? Lha kok nggak dari dulu aja jadiannya?
A: errrrrrr gua juga bingung. Yang saya inget dari Bogi pas masa2 itu cuma *berpikir keras* nggak ada :( dia juga cuma inget waktu gue minjem kaset coldplay-nya . Didn't really notice each other at all.
Q: Physically unattractive or..?
A: of course *ngakak* ya mungkin karena faktor dianya itu jaman itu cukup tertutup. Gue nggak pernah lah ngobrol jadi nggak bener2 kenal

Q; terus bagaimana bisa jadian?
A: nah thanks to social media, dia yang nggak terlalu talkative di dunia nyata ini banyak nyampah di facebook. Jadi gue ngerti deh jalan pikirannya,, mulai sadar kalo punya idealism and jokes yang se-vibrasi. (Apeuuuuuu ) . Dan mulai komunikasi intens. Singkatnya sih the universe conspired to meet us again..
Q: trus apakabar *Nggak bakalan pacaran sa
ma temen SMA*?
A: errr itu *salah tingkah* hehehe never say never lahhh~ *nyengir*

Q: so you decided to accept his proposal, do you really in love? Or just?
A: hmm I've been falling in and out of love several time. You may love random person actually. But the thing is nggak semua orang bisa ngasih rasa aman dan nyaman. Itu mungkin adalah faktor utama gue nerima lamaran dia. Somehow, walo jauh gue jarang merasa galau (kebanyakan die yang glundhang-glundhung) he seems fulfill every hollow of my life. Lagian tau heart cycle nggak? Perasaan itu kan fluktuatif. Kadang bungah banget, kadang hambar, bosen. But he always makes me fall in love again. So yeah I said I do ;)

Q; So how do you know that 'this is it?'
A: hmmmm you know you're in premature relationship when you act awkward in 'silent treatment' . Kalau pasangan diam, dan kamu masih mikir 'apa gue salah ngomong ya, kok diem' 'apa sariawan ya dia' 'apa gue ngebosenin' etc.. Tapi sama laki gue ini gue yakin our relationship is ready to be taken into the whole new lovel , soalnya we enjoy the silent moment without any prejudice. Terkadang diem dan nggak ngapa2in aja udah cukup karena sama-sama tau ketika ada satu sama lain udah bikin masing-masing bahagia walaupun tanpa kata-kata.

Q; so si berondong ultah ke 24, what do you want to say? *mringis*
A; *jitak* Dear my future life partner, my best friend, my future bobok buddy *eh* . Happy birthday, sweetheart. May God shower a lot of happiness for us. Healthiness, prosperity, knowledge. And as the time come God enrich us with maturity and wisdom to cope with what it takes to be a spouse and parent. And finally celebrate your birthday together. Amen, :) :* ♥

Jumat, 20 Juli 2012

TDKR : Awesomeness is the only word that can describe!

If you haven’t seen Christopher Nolan’s Batman trilogy, then you should! But my advice is to watch from the initiation of the installment which is Batman Begin in order to comprehend the whole idea of the epic closing. If you feel lazy, well a few flashback details can’t hurt you, I supposed.

I’m not a DC fanboy nor a Marvel’s. I am moviefora, ‘all the good movies’ fan. But if you find a ‘popcorn’ entertainment, with “punch line slash hi-tech action slash punch line” formula, better be lower your standard, or simply go watch the Avengers. I watched the Stark’s gang without expectation, fun in the process, sleep tight that night, and forgot in the following day. Yet different sensation is offered in TDKR. In a line with previous Nolan’s works, it is absolutely dark movie with intense storytelling, hyper-reality suspense and surprises. Rather than to seek joy, watching TDKR and its brothers is intended to enjoy the tortures to human psychology. This is why they omit ‘Batman’ word in the movie title since it is not designed for young audiences. The hero is visualized as weak, vulnerable, in despair and is signified as the ‘bad' guy: while the antagonist is strong, unbeatable, and righteously forces to amend the law should be pure and raw, not based on lies (as Batman and Jim Gordon conspired in Harvey Dent’s death in TDK). This is modified implementation of Aristotle’s Mimesis and Jean Baudrillard’s theory of Hyper-reality. It brings confusion to the audience though Bruce Wayne's intention was good, yet can his outlaw action be justified? The ‘purging effect’ comes after pity and fear. As it could be enjoy sweetly right on the ‘dénouement’ phase. It brought me tears of joy as well as pain when the movie ends. And sadly, it made me wide awake tonight. I missed Gotham already. 

Detached from the movie, many fans stormed out. Flaming on every bad review written for this movie. I can’t agree on verbal aggression though. Yet I have to disagree with the critic who said that the terror caused by Heath Ledger’s (deceased) Joker in The Dark Knight was way much better than all the threats the TDKR combined. I can’t see the point of negative review by comparing acting quality with the dead. What must be appreciated, I think, is Nolan has successfully maintained his quality in movie-directing. Many big-budgeted movie franchises (non-novel adaptation) has flopped its level as we saw in Transformer 2 and Transformer 3. And It took 4 years to finish this installment, proof that Nolan’s idealism in making a fine masterpiece is not merely money orientation, but also his idealism as movie engineer. And it is obvious that the director’s darlings that are predicted to constantly cooperate in his future film are the finest as Christian Bale (the Prestige, Batman Begin, TDK, TDKR) Marion Cotillard (Inception, TDKR) and Joseph Gordon-Levitt (Inception , TDKR).

Although I can say it’s 90/100 rated movie, no movie is perfect. I have, again, to detest Hollywood commodification of women, especially for their roles in the TDKR. I can't explain further as it will spoil the crucial plot, sorry. But  In the end, after watching The Dark Knight Rises, I made myself not only Batman’s fans yet to be Nolan’s as well. Bravo!

Minggu, 08 Juli 2012

Road to Europe (Part I)

Saya bukan termasuk mahasiswa dengan prestasi akademik yang outstanding. Bahkan skripsipun nggak berhasil saya tuntaskan tepat waktu. Walaupun begitu saya adalah orang yang percaya bahwa setiap orang punya satu kelebihan tertentu yang kadang tidak disadari oleh pemiliknya. Wait kenapa saya sebutin kelemahan saya tadi? Yes, karena saya ingin semua yang baca tahu, gelar dan angka akademik bukan segalanya. It may help a lot but there's thousand other ways to Rome (if you never ever surender to find it!). Ada juga yang pandai bukan main, tapi ternyata secara interpersonal-relationship ansos. Ada yang biasa aja, tapi temen dan networkingnya banyak. Nah apa kelebihan saya? Saya mungkin orang ternekat di dunia  rumah saya . Sebagai seorang risk taker nggak jarang saya  kena 'blunder' dari kenekatan saya, well at least it teaches me that trying something new is never useless. Saya pernah terjun dari genting setinggi 5 meter hanya dengan seutas tali tanpa alat pengaman lain,  dannnnn saya sehat wal'afiat sampe sekarang. Tuhan Maha Baik! wait ini bukan percobaan bunuh diri lho ya, saya cuma nyobain jadi Lara Croft aja sih, nyehehhe :p   (boleh tanya bapak ibu saya deh untuk kronologisnya-beliau saksinya). 

Tunggu! yang loncat tadi plis jangan ditiru yah! Emang awalnya cuma modal asal nekal, nekat yang jelek-jelek pernah kayak terjun bebas tadi  (saya nggak usah sebutin yg lain lah yaa) eh gagal-gagal-gagal,  lama-lama jadi punya pola. Hal apa yang harus dinekatin dengan perhitungan matang - karena itulah saya nggak boleh menyerah untuk sesuatu yang baik. Experience is a mean teacher, it  gives us test before giving the  lesson. Seperti ketika saya mengikuti Kompetiblog 2012 kemaren. Walopun memang menulis adalah passion saya, tapi saya bener-bener baru dalam kompetisi yang udah diadakan ke 4 kali-nya oleh Neso Indonesia kemaren. It really is a new stuff for me, soalnya liat yang kemaren-kemaren kayaknya serius banget sih ni kompetisi. Tulisannya juga bagus-bagus. saya bisa nggak ya? Ah nekat bikin aja! Dan seperti biasa kegiatan tulis menulis inih selalu di dukung maspatjar :p

Nah bagaikan dapet jackpot, lagi- lagi Tuhan bersama orang-orang yang nekat. Saya dibantuin dosen saya buat nyari ide nih, he's a really helpful and kind. Beliau ini udah lulus sari Utrecht University. Sumpee Ngefans! (Thankss again pak Taufiq) akhirnya setelah riset ngumpulin bahan (sampe ada folder tersendiri yang saya namain THIS IS YOUR TICKET TO NL). Akhirnya saya nulis deh 3 tulisan, nulisnya nggak lama kok. Ngeditnya yang lama, soalnya harus dipasin 500 kata, dan ternyata susah sekali mengakomodasi ide segitu banyaknya dengan tulisan yang seminimal mungkin. Akhirnya setelah saya rasa mantap dengan tulisan saya, saya kirim deh itu tulisan. Nah permasalahannya saya sempet sebel nih sama panitianya (maaf ya mbak Inty mbak Mira) karena ternyata temanya beda dari web Neso dan Studidibelanda-dan sempet protes gitu di twitter. (apa saya menang gara2 paling rewel yah .>_<) Saya nekat bikin satu tulisan lagi yang menurut saya lebih spesifik e tapi nggak ditampilin :( Sebenernya saya juga udah agak bete dan  pasrah kalo nggak menang setelah itu . Sampe beberapa waktu saya liat pengumuman 30 besar finalis dan ada namaku! Jadi semangat lagi deh! Dan akhirnya 4 Besar! And the first peson I told was my mom. I said 'mom sorry I not in the first place' 'That's okay dear you're always the champ for me'I think it's The best present ever :)

"Everything, everything is a competition. Whoever said winning wasn't everything... Never held a scalpel.- Grey's Anatomy"

Rabu, 06 Juni 2012

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia.
Banyak orang mencarinya di toko-toko elektronik, membeli gadget shopisticated, memakai baju bagus, mobil terbaru, namun yang didapatkan bukannya bahagia justru rasa frustasi karena esoknya ada gadget yang lebih canggih , baju yang lebih trendy, mobil yang lebih oke. Termasuk saya, kadang sering lama melihat ke atas, 'Wah enak ya jadi Paris Hilton, cantik kaya, pewaris harta triliunan rupiah' Tapi ternyata di suatu artikel Paris pernah bilang 'I'd kill to be Victoria Becham'. Yah begitu seterusnya hingga akhirnya lelah dan lupa mensyukuri bahwa dibawah sana juga ada yang menginginkan menjalani hidup seperti kita.  

"Urip kui sawang sinawang Nduk... " kata bapak. He's right! 

Dave Ramsey dalam bukunnya Total Money Makeover bilang 'We buy things we don't need with money we don't have to impress people we don't like.'

Yah the power of advertising! Manipulating people with visual image to provoke our brain  to think that 'we need to buy that, in order to be superior, happy and fulfilled' . Kalau kita selalu merasa kurang dan nggak mensyukuri apa yang kita miliki sekarang belum tentu kita bakal ngerasain hidup seperti sekarang lagi. Life's like a damn wheel. Yakalo muter keatas lagi, kalo pas lagi dibawah ban-nya kempes gimana? :D

Nah salah satu cara untuk mensyukuri itu adalah merasalah diri kita kaya ketika melihat orang yang lebih susah dari kita. Bohongi diri kita seakan kita masih punya simpanan jutaan dolar di swiss dalam membantu orang. Well setidaknya itu sudah saya praktekan bersama teman-teman saya sejak masih kuliah. Saat itu awalnya saya cuma curhat saja sama Imeh (Hemy Suzana) dan Jo (Jotika Purnama) yang sama-sama masih minta saku orang tua, sama2 puasa kalo lagi uang bulanan habis hiihihii. Saya cerita kalau di sekitar kampus ada anak yang hampir putus sekolah karena masalah biaya. Akhirnya kami pun sepakat membentuk ISO 5000 (independen solidarity 5000) konsepnya sih sederhana sebenernya cuma nyisihin 5000 perbulan aja secara kolektif. kenapa 5000? karena kami mikir ga berat kan sebulan sekali (paling puasa tempe mendoan 5 biji di warteg :D). Walaupun kemudian peminatnya banyak sampe ratusan di grup facebook tapi tetep kita kewalahan mengkoordinir. Sebeneranya tujuan kami adalah mengajak dan mengedukasi temen-temen untuk menanamkan jiwa sharing secara teratur setiap bulannya, sedikit maupun banyak. Tapi pada prakteknya temen-temen  sering ribet kalau harus nyerahin 5000 doang ke kampus/ transfer (termasuk saya). Misal dari fakultas lain ingin membantu kami juga agak kerepotan dalam mengumpulkan dana, karena nggak ada posko, atau meeting point  dan kadang ga ada transport karena semuanya pro bono dan duit sendiri. Tapi hebatnya ada juga yang rajin slash niat banget ampe niat ngirim pulsa 5000 tiap bulan demi donasi, ada yang transfer 50.000-1 juta yah walaupun sebenernya nggak sesuai tujuan karena habis itu nggak donasi lagi hehehe.. but we reallly  thank you for that. Hingga akhirnya kita semua udah lulus dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing kadang juga adu argumen hehhe.  . Yayyya, But the truth is it's all worthed. Ajaibnya dengan segala kekurangan yang ada kita udah sukses nyekolahin 2 orang sampe 3 tahun ini! Hampir 3 tahun saya menginjakkan rumah Fahmi lagi, masih sama keadaanya, rumah mungil dengan tumpukan bahan konveksi disana-sini, nggak ada perubahan yang signifikan. I never go to heaven but I think it is heavenly ketika ngeliat anak-anak itu sekarang udah tumbuh dewasa, penuh senyum menyambut kami di rumahnya, ibu yang mendoakan kami sambil berkaca-kaca berkata 'Terima kasih bantuannya selama ini' Dalam hati saya bilang 'Honestly,  I'm the one who was so lucky to meet you because I can be useful for others.' ;')

Pada kesempatan ini saya ingin berterimakasih untuk teman-teman yang selama ini sudah membantu dalam program ini, khusunya Imeh dan Jo : you're guys are my hero and heroine. Juga pada sedekahyuk.blogpot.com, bantuan periode kemarin kami sangat terbantu sekali dengan bantuan dari yang digalang oleh kawan saya Charolline Ferra. Dan kedepannya alhamdulillah program ISO 5000 akan dibantu oleh tim Bahagia Berbagi Sol dengan pimpro Greget Kalla Buana . Bahagia Berbagi ini juga charity independent yang patut diacungi jempol, karena mereka sedang menggalang dana untuk membeli ambulance untuk buat kaum dhuafa secara cuma-cuma. Thanks guys for sharing happiness together.

Dengan segala kesulitan yang kami hadapai sebenarnya salah kalau ada yang berfikir 'Ah nanti bakal sedekah kalo udah kaya' justru terbalik karena sedekah itu merupakan jalan menuju kekayaan. Saya nggak hafal kalo dalil secara agamanya yah :D. Secara ilmiah juga sudah dibuktikan kalo sedekah bisa memperbaiki kekebalan tubuh dan menambah serotonin (hormon kebahagiaan).  But so far yang saya alami sendiri, sedekah itu investasi yang nggak pernah turun suku bunganya. :)


Minggu, 13 Mei 2012

Creative Education Does Matter!

       Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mandiri. Tolok ukur kemandirian itu bisa dilihat dari banyaknya program wirausahawan/entepreneur dalam menopang ekonomi bangsa. Sebagaimana Dr. Judy Matthews, profesor di bidang ekonomi, dalam jurnalnya 'Creativity and Entrepreneurship: Potential Partners or Distant Cousins?' meyebutkan : 
"Creativity and entrepreneurship, like innovation, have been recognized as important contributors to a nation’s economic growth." 
      Indonesia sendiri pada data per Januari 2012 hanya memiliki 1,5 % penduduk yang menjadi entrepreneur, menurut situs Bisnis Indonesia. Sedangkan pada 2011 lalu Belanda telah memiliki 12% wirausahawan dari populasi pekerja keseluruhan. Data tersebut menunjukan Belanda paling unggul diantara negara-negara Eropa bagian barat. Bahkan Menteri Ekonomi Belanda, Maxime Verhagen, menyatakan “Dutch more entepreneurial than United States” yang mana pada januari 2011 Amerika Serikat hanya memiliki 10% penduduk yang bekerja sebagai entrepreneur. Nah pertanyaannya kemudian, bagaimana Belanda bisa menumbuhkan presentase  sedemikian besar? Jawabannya adalah melalui pendidikan. 
Kompetisi The Next Level
        Peran pemerintah sangatlah penting dalam membentuk generasi entrepreneur dengan cara menyediakan ruang dan fasilitas bagi inovasi melalui pendidikan sejak usia dini. Untuk mendayagunakan masyarakat yang kreatif maka dibutuhkan program-program kreatif pula dari pemerintah sendiri. Pemerintah Belanda dalam hal ini telah berkomitmen sejak tahun 2000 untuk memajukan, mendukung dan memfasilitasi bidang kewirausahaan melalui institusi pendidikan. Sebagai salah satu wujud dari komitmen itu pada tahun 2008 Menteri Ekonomi Belanda mencanangkan kompetisi wirausaha 'The Next Level' bagi pelajar kejuruan tingkat menengah dan atas. Program itu berupa hadiah sebesar €5000 bagi siswa yang paling kreatif dalam mengembangkan program kewirausahaan. Program-program penyuntikan 'virus' entrepreneurship pada institusi pendidikan seperti Education takes Action! dan HOPE (The Holland Progam on Entrepreneurship) juga tumbuh pesat didukung oleh pemerintah Belanda. 
       Menurut situs http://www.government.nl, pemerintah Belanda berusaha menghapuskan paradigma bahwa pelajar tidak boleh memiliki usaha sampingan misalnya dengan menawarkan beasiswa wirausaha untuk pelajar seperti Student Entrepreneur Prize (Studenten Ondernemersprijs, StuOp) maupun Student Programme on Entrepreneurship (SPOE). Hasilnya pada tahun 2011 terlihat peningkatan signifikan sejumlah institusi di Belanda yang mengintegrasikan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam kebijakan sekolah maupun kurikulumnya. Dan secara domino, efeknya mulai banyak terlihat lulusan-lulusan perguruan tinggi yang siap membuka bisnis baru yang self-employed maupun yang menyerap tenaga kerja profesional. 
       Belanda telah membuktikan bahwa kurikulum berbasis entrepreneurship merupakan sebuah inovasi dalam bidang pendidikan yang berimbas positif pada sektor ekonomi. Mungkinkah hal tersebut juga jawaban untuk permasalahan bangsa Indonesia mengenai masalah pengangguran dan penyerapan tenaga kerja? Well, you decide.

Rabu, 02 Mei 2012

Quarter Life Crisis | This is How to Deal


     Mendengar istilah Krisis Seperempat Baya atau Quarter Time Crisis mungkin masih asing di telinga sebagian besar orang. Padahal sebuah studi di Amerika Serikat menyebutkan krisis ini justru lebih sering dialami daripada Krisis Setengah Baya atau Midlife Crisis yang lebih populer. Bagi anda yang tidak sadar mengalaminya, perasaan jengah mendengar pertanyaan mengenai pekerjaan yang anda jalani, gelisah jika ada teman menikah, atau khawatir akan masa depan anda, mungkin anda sedang mengalami krisis ini. 
    Krisis ini merupakan suatu gejolak psikis yang menyebabkan depresi  kebingungan, dan ketidakpuasan dalam hidup. Hal ini sering dialami oleh berada berada di kisaran twentiesomethings, yaitu sekitar usia 21-27 tahun, yang baru saja menyelesaikan kuliah dan memasuki dunia kerja. Kombinasi antara perubahan pola hidup, tuntutan finansial, asmara, karir adalah hal yang melatarbelakangi terjadinya krisis ini. Walaupun tidak sedikit juga yang mampu melewatinya atau merasa tidak mengalaminya, karena kembali lagi tuntutan tidup tiap orang berbeda-beda. Apalagi jika anda datang dari keluarga pada umumnya yang mengharapkan anak gadisnya segera menikah, sedangkan bagi anda yang ingin membangun karir , menikah bukanlah  prioritas anda.

Istilah ini awalnya mulai diperkenalkan oleh Abby Wilner pada tahun 1997. Dalam bukunya ”Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your  Twenties” yang ia tulis bersama Alexandra Robbins pada tahun 2001.  Wilner menjelaskan bagaimana lompatan kehidupan dari dunia akademis menuju dunia profesional sering menyakitkan dan memicu respon ketidakstabilan luar biasa pada diri seseorang. Perubahan yang awalnya terasa begitu konstan dihadapkan dengan beragam pilihan yang tak jarang memunculkan rasa panik tak berdaya.
Ketidakstabilan, perubahan, dan rasa tak berdaya inilah yang seringkali menimpa pemilik usia 20-an. Dalam bukunya, menurut Abby Wilner, mereka yang sedang dalam fase krisis seperembat baya biasanya mengalami hal-hal seperti ini berikut:

  • ü merasa tidak cukup baik karena tidak menemukan pekerjaan yang senilai dengan level akademiknya
  • ü rasa frustasi pada hubungan antarmanusia, dunia kerja dan proses menemukan pekerjaan/karir
  • ü kebingungan pada identitas diri
  • ü rasa ketakutan akan masa depan
  • ü rasa ketakutan pada rencana jangka panjang dan tujuan hidup
  • ü rasa ketakutan pada keputusan saat ini
  • ü kekecewaan pada pekerjaan
  • ü nostalgia pada kehidupan kuliah bahkan masa sekolah
  • ü kecenderungan untuk memilih opini-opini yang lebih kuat
  • ü kebosanan pada interaksi sosial
  • ü kehilangan keakraban pada teman sekolah/kuliah
  • ü stress finansial (beban hutang dan mulai memikirkan besarnya biaya hidup, dll)
  • ü kesepian
  • ü keinginan memiliki keluarga/anak
  • ü perasaan bahwa semua orang melakukan hal yang lebih baik darimu
  • ü status fresh graduate alias ‘tidak punya pengalaman kerja’ hingga terjebak pada pekerjaan-pekerjaan membosankan yang tidak sesuai dengan keahlian intelektual
Enjoy the process.
           Berusaha melawan, marah, frustasi memang merupakan perasaan tidak dapat dihindari ketika kita dibawah suatu tekanan. Namun ingatlah anda tidak sendirian, karena diluar sepengetahuan anda bisa jadi teman anda yang anda anggap sukses itu juga mengalami hal yang yang serupa. Deborah Smith, Professor Sosiologi di University of Missouri, Kansas City mengatakan bahwa, “Beranjak dewasa dan memikirkan bagaimana masa depan Anda akan terasa menyakitkan, terutama dalam masa quarter life crisis. Namun, ini merupakan hal alamiah". Buang kecemasan dan pikiran low-self esteem bahwa anda tidak lebih baik dari orang lain dari sekarang.
80-20.
            Diambil dari prinsip  "Paretto Priciple" oleh Vilvredo Paretto, konsep untuk membangun karakter yang sehat kita harus berkumpul 80% waktu kita dengan 20% inner circle yang membuat kita pandai bersyukur. Anda tentunya punya banyak teman dan kenalan,  mungkin ribuan jumlahnya. Namun hati-hati karena tidak semua pertemanan itu sehat dan membangun. Terkadang ada sejumlah relasi yang justru membuat anda tidak puas dengan diri anda. Bangunlah network dengan orang-orang yang membuat anda nyaman menjadi diri sendiri, mengerti tujuan hidup anda dan  senantiasa mendukung anda. Memiliki network dengan orang sukses mungkin bisa menjadi motivasi, tapi salah-salah jika anda kurang hati-hati, justru mental dan kepercayaan diri anda bisa dipatahkan oleh orang punya pemikiran kurang positif.
I do what I like, I like what I do.
            Jumlah gaji memang menjadi pertimbangan utama saat memilih pekerjaan. Tapi bagaimana jika pekerjaan itu nantinya membosankan dan tidak sesuai dengan interest anda? Hal ini pula yang kadang menjadi pemicu munculnya krisis ini. Perasaan tidak puas dengan pekerjaan dan selalu bimbang ketika melihat rekan dengan  gaji yang lebih tinggi merupakan tantangan jika anda memakai nominal gaji atau prestice sebagai patokan utama anda dalam bekerja. Realistis itu harus, namun . Ingat kesuksesan itu datang karena kesempurnaan, dan kesempurnaan itu datang ketika kita melakukan hal yang kita cintai berulang-ulang tanpa putus asa.
Set goal, not expectation.
            Sering mengalami kekecewaan dan perasaan cemas akan kegagalan merupakan salah satu yang harus dialami ketika kita memasang target jangka panjang, misalnya; umur  umur 35 membeli rumah, skor TOEFL harus 650 dalam 3 bulan. Hal-hal tersebut nantinya akan terasa sangat jauh dan berat karena anda toleransi waktu yang tinggi akan memberi kesempatan untuk berleha-leha. Maka mulailah memasang target yang lebih dekat, ringan dan realistis. Misal target bisa menabung 20% pendapatan bulanan anda secara rutin selama setahun. Berlatih bahasa inggris seminggu sekali dengan ahli. Pada akhirnya setelah semua tercapai, anda akan takjub dengan perolehan yang anda dapat tanpa adanya ekspektasi yang berlebihan.
Relax.
            Bersantai dengan hidup bukan berarti malas.  Anda harus tahu kapan saatnya anda harus menikmati hasil jirih payah anda sendiri agar anda bisa berterimakasih pada tubuh anda dengan merawat diri dan berlibur. Jangan sampai kelak ketika anda sudah tua dan mendapati diri anda belum melakukan apapun untuk diri anda sendiri seperti sebuah satir barat 'When you’re young, you’ve got all the time and all the energy to enjoy life, but no money. When you’re in your middle years, you’ve got all the money and all the energy, but no time. And when you’re retired, you’ve got all the money and all the time, but no energy.”
               Semoga bermanfaat :)

Kompetiblog 2012 : Uncle Sam van Oranje

Two weeks ago , Robin Van Persie was the only person that crossed my mind when I heard the word ‘Dutch’. But after I read about Kompetiblog 2012, the name of my lecturer when I was in university rang my bells. He is Mr. Taufiq Al Makmun, a young creative lecturer who always amazes me with his balance betterment of academic life, entrepreneurship, and traveling hobby. The fact that he studied at Utrecht University gave me an idea to interview him. I knew that Mr. Taufiq took American Study for his Master’s degree, but what ‘bothers’ me is why he chose Netherlands instead of United States. 

My curiosity was answered as he explained that his reason was because he had taken American studies (AmStud) classes in the US. So he required a model of the developing AmStud outside the US. Moreover, when he read the profile of AmStud in Utrecht University : the American Cultural Influence —- he was like ‘That’s a creative way in placing the focus of AmStud outside the US which is useful for the country instead.’ I quote.
Mr. Taufiq shared that at the first time the only thing he worried about studying in Netherlands was language barrier. But it turned out, his academic life was totally fine as International program was conducted entirely in English. Even, he was impressed by his professors that were very helpful indeed. He was delighted that he could attend Noah Chomsky’s stadium generale back then, he told. He remarked that he got the opportunity since useful information was easily gained in university.
Beside the academic ease, he was awed by the technologies that Netherlands possess. He told me enthusiastically that they have two-thumbs up water systems throughout the whole country which extends below the sea level and not flooded. He proposed that northern Semarang structure, that is exactly the copy of Amsterdam, should consider the Dutch city’s blue-print which seems had been rejected to minimize their today’s problems.
From the underwater beauty of Wakatobi until sightseeing around NYC which he photographed [that makes me drolling] I feel obliged to ask him about how Netherlands fulfilled his thirst of traveling, and this is what he said:
My biggest motivation, personally, is that I love visiting new places and traveling So I decided to consider Europe after experiencing U.S. Each city has different characteristic, from cultural port of Amsterdam to modern Rotterdam, from the hilly historical Maastricht to placid Groningen. I can’t put my camera off not to miss things in every weekend journey I made. Keukenhoff -the garden of Tulip- is colourful field in the spring; thousands tourist coming each day just to witness the gorgeous garden-a creative industry and money making. Also windmill culture shows a great creativity of mankind, not only its multiple functions but also the beauty of the technology performance in shape.
Having Mr. Taufiq told his experience inspires me greatly.  It strengthens my faith that someday I will have a chance to retrace his journey. *fingercrossed*

Minggu, 29 April 2012

The Dutch Touch: a Jaw-dropping Dutch Creativity



Foto dari www.theinterlace.com

      Apa yang ada di benak kalian setelah melihat gambar diatas. Aneh? Gak waras? Kurang kerjaan? Itu bangunan apa lego—kok ditumpuk-tumpuk ? Haha.. Desain arsitektur tersebut sekarang lagi dikerjain di Singapore dengan nama proyek The Interlace. Benar-benar Jawdropping, kan?

     Nah hebatnya The Interlace didesain oleh firma Office Of Mertopolitan (OMA) di Rotterdam yang didirikan oleh arsitek Belanda yaitu Rem Koolhaas. OMA sudah berprestasi membuat desain Waterfront City di Dubai serta Seattle Library di New York yang saya juga bahas di sini. Cool!

'Dutch architect's design'
    Memadukan unsur urban dan smart living, arsitek Belanda memang tahu cara memanfaatkan terbatasnya ruang menjadi sebuah kreatifitas. Hidup di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut membuat mereka senantiasa tertantang untuk menciptakan desain bangunan yang inovatif dan sustainable tanpa mengurangi estetikanya. Signature style nan "quirky" dan "out of the box" ’ yang ditampilkan, kemudian disebut dengan dutch designOrang-orang Belanda memang sadar betul bahwa keeksentrikan kreasi mereka merupakan sebuah komoditi. 
“Holland innovation economy; knowledge, innovation and entrepreneurship are the basis for an ambitious future.”- Queen Belatrix, Thorne Speech 2007

         Sejalan dengan semangat dari Ratu Belanda tersebut, proyek dan kampanye ekonomi kreatif semakin digalakkan, antara lain: I AmSterdam, Amsterdam Creative City maupun Picnic Cross Media week yang diadakan tiap tahun sebagai sarana peningkatan creativepreneurship. Bahkan Jaap Modder & Jeroen Saris, dalam Creative Spaces in the Netherlands, juga menyebutkan 990.000 warga Belanda bekerja pada sektor ekonomi kreatif. Hasilnya menurut INSEAD’s Global Creativity Index 2011, Belanda ada diperingkat 8 negara terkreatif dan terinovatif di dunia!
Kiri: Peta persebaran ekonomi kreatif | Kanan : Peringkat Global Innovative menurut INSEAD | Bawah: Produk Kampanye
Teknologi 
      Mobil terbang bukan lagi sebuah fiksi ketika Belanda mulai memperkenalkan PAL-V ONE, flying car yang sedang dikembangkan oleh perusahaan PAL-V Europe NV. Kendaraan yang mengkonsumsi bakar solar ini dilengkapi teknologi mutakhir yang memungkinkannya melaju seperti sepeda motor.  2 in 1! :D

Advertising 

Teun Castelein baru berumur 26 Tahun saat ide Artvertising muncul. Awalnya dia terinspirasi oleh Million Dollar Blog dan ingin mewujudkannya ke dunia nyata. Akhirnya bekerjasama dengan Sandberg Institute, Castelein berhasil memperkenalkan periklanan gaya baru melalui petak-petak bagian luar gedung kampus yang disewakan. Setiap petaknya dijual dengan harga mulai dari sekitar 20 euro. Ide ini langsung disambut baik oleh vendor-vendor besar yang segera saja membeli lot iklan di gedung itu.

Media 
Peter Bluijs dari Telegraaf Media Groep adalah orang pertama yang mengemukakan gagasan Vertical Newspaper. Dengan ide pemanfaatan space baca di ruang publik, diharapkan pembaca koran bisa menghemat ruang karena halaman koran tidak lagi dibuka menyamping namun memanjang. 



“Doe maar gewoon dan doe je al gek genoeg”

(Bertingkah normal saja orang Belanda sudah cukup gila)
         Well, sepertinya dengan melihat fakta diatas saya harus setuju dengan pepatah Belanda tersebut. Mungkin itulah kenapa mereka ini turah-turah* ide, ya..hihihi :D 

*[Bahasa Jawa : kebanyakan]
Referensi:

BELANDA: Dulu Kreatif atau Kreatif dari Dulu?

"..even old New York was once New Amsterdam ~why they changed it I can't say..."
     Sepenggal lirik lagu berjudul Istanbul (not constatinopel) dari band peraih dua Grammy's ‘Their Might be a Giant’ itu mengingatkan saya akan mata kuliah American Study (AmStud) saat masih kuliah di jurusan Sastra Inggris. Yang paling saya ingat dari AmStud adalah ketika masuk ke sub-mata kuliah American Ethnicity. Karena ternyata dibalik semua hal membosankan ‘ngepop’ yang menyanjung-nyanjung nama Amerika, saya jadi tahu AS dulunya cuman sebuah ‘melting pot’ negara-negara lain! Dan akhirnya, saya sampai pada suatu titik kesimpulan bahwa "Behind a superpower nation there were bunch of creative ancestors".

       Nenek moyang bangsa Amerika yang dimaksud termasuk diantaranya adalah etnis Dutch American (Belanda-Amerika), yang turut berkontribusi menjadikan seperti Amerika sekarang ini. Ketika kemudian mempelajari bab German American, saya bisa membedakan bahwa motif utama bangsa Jerman datang ke Amerika adalah karena saat itu Jerman porak-poranda karena rezim The Third Reich. Lalu pada akhirnya banyak warga negara Jerman mencari perlindungan ke Amerika, yang disebut dengan ‘Assylum of Mankind' oleh Thomas Paine.
        Jika Jerman menjadikan Amerika sebagai tempat pelarian, maka lain halnya Belanda yang datang ke Amerika  sebagai bangsa creativepreneur. Mengarungi samudra dengan "De Halve Maen", rombongan entrepreneur dengan komoditi bulu berang-berangnya itu dipimpin oleh seorang Kapten bernama  Henry Hudson. Kolonianisasi New Netherlands berpusat  di pulau  yang sekarang ini disebut Manhattan. (Dulunya dibeli oleh    Gubernur Jenderal VOC, Peter Minuitseharga $24 loh!). FYI, VOC sendiri merupakan perusahaan terbuka pertama di dunia yang berinovasi menerbitkan saham.


          Nama New Amsterdam kemudian dipakai sebagai ibukota New Netherland selama 40 tahun, hingga pada 1664 diganti dengan nama New York. Namun hingga saat ini, legacy bangsa Belanda masih diabadikan. Seperti misalnya berang-berang yang digunakan sebagai lambang kota New York, nama-nama tempat antara lain ; Amsterdam Avenue, Stuyvesant Park, Rensselaer, Harlem, New Utrecht, Yonkers, the Bowery, dan Van Cortlandt Park. Erasmus Hall Campus, namanya juga diambil dari tokoh Belanda Desiderius Erasmus. Kemudian Spuyten-Duyvil-sebuah stasiun kereta di Bronx, Gereja Albany di Pearl Street, bahkan bendera City of New York merupakan bendera lama Dutch Republic.


      Sekarang mungkin tak terhitung warga Amerika keturunan Belanda sudah tersebar di The Big Apple maupun di AS keseluruhan. Tercatat 5 presiden Amerika adalah keturunan Belanda, salah satunya Franklin D. Roosevelt (satu-satunya presiden yang menjabat lebih dari dua periode). Di samping itu banyak pula figur sukses di bidang industri kreatif keturunan Belanda seperti Matt Groening pencipta serial The Simpsons.


Dutch-American Today
     Walaupun mungkin sudah 400 tahun berlalu, namun Dutch American tidak lantas melupakan jati dirinya. Pada 2009 lalu komunitas keturunan Belanda memperingati 400 tahun Dutch-American Friendship dengan mengadakan event dengan tema Pioneer of Change yang berisi pameran fashion sampai dengan arsitektur bertempat di Governor Island, New York. Termasuk diantaranya profesor di bidang Urban Design, Rem Koolhaas, yang pada tahun 2008 masuk dalam peringkat 100 besar The World's Most Influential People versi majalah Time.

Video Pioneer of Change: 

     New york adalah proyeksi kreatifitas bangsa Belanda dari berabad-abad lalu dan Dutch American disana telah membuktikan bahwa creativity did make Dutch  survive everywhere.

Referensi:
  1. http://cecily-layzell.suite101.com/the-dutch-influence-on-new-york-a58020
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_New_York
  3. http://people.hofstra.edu/alan_j_singer/docket/docket/11.1.14_The_Dutch_Influence_in_New_York_City.pdf



Rabu, 21 Maret 2012

Nobody wants to be lonely.


Mbah Diro. Seorang dhuafa renta yang tinggal di sebuah kampung di Kelurahan Kerten, Solo. Setelah tertunda sampai beberapa saat karena kesibukan kami berdua, akhirnya kami, (Saya dan Leoni Bunga) menyempatkan diri menyampaikan bantuan dari Sedekah Yuk, ksebuah non profit cause independen yang bergerak memberi bantuan pada kaum dhuafa dan fisabillialah. Akses menuju rumah beliau cukup sulit, hanya lorong sempit berukuran sekitar 1 meter di belakang rumah-rumah yang menyembunyikan kediaman beliau. Kalau memang tidak dengan sengaja melewati jalan itu, pasti tidak seorangpun tahu ada kehidupan di rumah tua berukuran 6x8 meter itu.





Ketika kami datang, pintu rumah mbah Diro sudah terbuka lebar. Dan, jangan berharap pemandangan rumah dengan ruang tamu dan dapur terpisah, disana tempat tidur, meja makan , dapur jadi satu. Dan kami dapat melihat beliau sedang tertidur di-dipan-nya yang lusuh, senada dengan seluruh perabotan tua- di dalam rumahnya yang tanpa ubin. Awalnya kami ragu-ragu, apakah harus membangunkannya atau datang lain kali. Mengingat kesibukan kami, kami tidak yakin bisa datang lagi dalam waktu dekat kesana. Akhirnya kami beranikan untuk mengetuk pintu kayunya dan mengucap salam- berharap dalam hati si embah tidak terkejut karena kami bangunkan. Mengetuk dan salam sampai beberapa kali, dengan volume yang sedikit kami keraskan mengingat pendengaran beliau sudah berkurang.





Akhirnya beliau terbangun dan langsung mempersilahkan kami masuk, walaupun beliau sudah tidak kuasa untuk bergegas bangun dan menyambut kami namun keramahannya dalam menerima kami tampak dari usahanya untuk segera bangun dan duduk di tepi ranjangnya. Kamipun menghampirinya, beliau duduk membelakangi cahaya dari jendela tuanya. Baru setelah kami mendekat terlihat jelaslah seluruh kelelahan dalam wajahnya, tergambar di tubuhnya yang kurus kering, namun begitu masih menyisakan guratan kecantikan di masa mudanya.




Tanpa membuang waktu, karena matahari sudah semakin rindu pada peraduannya, kami langsung mengutarakan maksud kedatangan kami dan kemudian menyerahkan bantuan dari Sedekah Yuk. Dengan tangan bergetar mbah Diro menerima uang tersebut, entah itu karena parkinson, Arthritis , penyakit yang biasa diderita kaum geriatis atau karena beliau terharu. Namun hati saya trenyuh ketika beliau langsung mengucap takbir 'AllahuAkbar', sambil menggengam tangan sahabat saya, Leonie. Tak bisa dipungkiri beliau nampak bahagia menerima sedekah tersebut dan dengan berkaca-kaca mendoakan kami semua serta bercerita tentang bagaimana selama tujuh tahun ini dia hidup sendiri tanpa suami dan anak dan hanya ditemani tongkat yang membantunya berjalan setelah satu kakinya pernah cidera garapgara terjatuh. Tujuh tahun sendiri tanpa anak dan keluarga? Kupikir cuma orang kuat yang mendapatkan cobaan seperti itu dan tetap berjuang melewatinya. Selama tujuh tahun ini beliau kadang tidak punya nasi untuk dinanak, dan makan dari buah, umbi, dan daun yang tumbuh sekitar rumahnya. Walaupun sebagian beesar dari komunikasi kami banyak kendalanya karena keterbatasan indra pendengaranya- maklum mbah Diro sudah hidup dari jaman penjajahan, entah berapa lama dia hidup karena dia sendiri tak bisa mengingat umurnya. Kamipun pamit tak selang beberapa waktu karena hari sudah mulai senja.
 
Well, jujur saja di malam dingin berangin kencang seperti ini, saya teringat beliau, apa rumah separuh papan beliau baik-baik saja, apa yang beliau makan ataukah siapa yang beliau ajak bicara ketika hari dingin seperti sekarang. Semua itu membuat saya begitu bersyukur selalu berada dalam kecukupan dan kehangatan keluarga kekasih dan teman. Nikmat yang tidak mungkin saya dustakan dan akan selalu saya mohonkan agar bertahan selamanya, karena saya yakin di dunia ini tak ada yang ingin hidup sendirian.

Jumat, 10 Februari 2012

Penonton Film Lokal : Kemana Perginya?

Saya bukan sineas apalagi artis yang dirugikan dengan adanya masalah ini. Tapi  saya yakin saya  termasuk moviegoers, penikmat film dengan rata-rata 100 judul film setahun. Sebut saja judul film, kemungkinan saya sudah pernah nonton, atau mentok baca resensinya. 

Bagi pecinta film, menonton film di bioskop adalah suatu kebanggan tersendiri. Terlebih jika film tersebut punya special effect dan sound yang membuat penonton berdecak kagum, seperti film Avatar (James Cameron) misalnya. Pasti hari-hari pertama pemutaran merupakan pertarungan hidup dan mati untuk mendapatkan tiket. Dan  rasanya mengeluarkan uang Rp. 30.000 atau lebih itu sebanding. Saya sendiri pernah beli lewat calo saking pengennya nonton salah satu Box Office Hollywood tapi nggak dapet tiket. Well, bukan contoh yang patut ditiru, sih.

Kenapa saya jadi aware tentang film lokal? Padahal saya sendiri bukan 'big fans' of local film industry.Tahun kemarin saja cuma 2 film lokal yang saya tonton di bioskop. Salah satunya Catatan HArian Si Boy, itupun karena saya ngefans sama news-anchor Timothy Marbun, karena dia yang nulis story developmentnya. Karena pengaruh dan gembar-gembor di timeline twitter, sayapun jadi ikutan menyeret sahabat saya, Ikrar, buat nonton (latah juga ya saya). Dan ternyata memang tidak mengecewakan, malah saya harus puji acting dan soundtracknya sangat kuat meskipun kekurangannya masih aja memakai komodity 'banci' sebagai sumber kelucuan. Oh how i miss the silly Warkop DKI. Film lainnya yang saya tonton adalah Garuda di Dadaku 2, itupun karena terpaksa nemenin si adek yang ngotot pengen liat. Ceritanya? Well terkesan biasa saja, tentang gimana harusnya jadi kapten timnas U-13 yang benar dibawah tekanan pelatih, pemegang saham, rival yang juga tangguh, tapi lumayan sih ada adegan Rio Dewanto shirtless. hehe :p 
Back to the topic. Akhir-akhir ini banyak produser maupun sutradara film lokal yang 'curhat' di social media bahwa penonton film lokal di bioskop semakin mengenaskan. Hal tersebut menarik minat keingintahuan saya, karena saya sendiri pun termasuk salah seorang yang 'murtad' dari produk dalam negeri. Ampun DiJehhh!



Menurut data yang ditunjukkan di FilmIndonesia.or.id memang terlihat penurunan yang cukup signifikan. Awalnya saya sempat berfikir, apakah ini merupakan tanda-tanda awal dari evolusi intelektual penonton film lokal yang jenuh dengan tema-tema yang itu-itu saja. Namun melihat judul-judul film horor yang masih bertengger di puncak, saya menyadari pikiran saya terlalu naif. Film yang mengeksploitasi perempuan berkutang / ber-hotpants memang masih merupakan komoditi yang paling diminati. Seperti yang saya lihat sendiri di film Garuda di Dadaku, physical exposure merupakan daya tarik kuat untuk mengundang penonton, tidak peduli itu adalah film anak-anak atau bukan.

Di negara yang kolektifitas dan figuritas masih tinggi ini, pendapat beberapa orang saja bisa berpengaruh pada penjualan film. Film yang ditonton oleh presiden/menteri misalnya, akan mengundang 'semut-semut' lain untuk datang ke bioskop. Akhirnya ketika film tersebut tidak sesuai harapan, penonton tidak akan percaya lagi dan semacam membuat stereotype yang kelak membuatnya malas menonton film yang dihadiri pejabat. Saya sendiri salah seorang dari banyak orang yang 'menganggap Film Laskar Pelangi is overrated. Bagus tapi biasa saja, walaupun memang jauh lebih mendidik dari film Ayat-Ayat Cinta. Tapi tidak lantas satu subyek itu bagus untuk dieksploitasi secara habis-habisan, Musical Laskar Pelangi, Sountrack CD, dan sekarang sinetronnya? Nggak kaget dan nggak menyalahkan penontonnya kalau sinetronnya flop di pasaran, dengan rating yang lebih rendah dari acara Musik Lipsinc di pagi hari. Walaupun dikemas dengan pemain berbeda, you tell me, anak kecil aja bisa bilang bosan liat Spongebob Squarepants yang diulang-ulang di Global TV. Kalau film di bioskop sama FTV yang beda cuma kualitas gambar dan settingnya aja, lalu kenapa harus capek-capek  dan keluar uang ke bioskop?

Menonton film Indonesia saat ini memang seperti menonton film Hollywood 20 tahun yang lalu.  Saya nggak lihat dari spesial effect/teknologinya lho ya, that's absurd. Tapi liat aja penceritaan yang shallow dan mudah ditebak. Kalo film bagus itu harus berbudget tinggi, nggak bener juga. Baru kemarin saya menonton film Chronicle. Film tentang superhuman (lagi), sudah berapa ratus kali sih dijadiin film di Hollywood? Apalagi di 'Tahun Superhero ini'; Sebut saja Spiderman 4, The Avenger, dan Batman, banyak superpower-human-themed movie yang bakal bertarung di bioskop=bioskop musim panas tahun ini. Namun film  Chronicle dengan budget  $ 12 juta sudah balik modal di minggu pertamanya diputar. Ceritanya simple tapi deep, remaja biasa yang nggak populer, dapet superpower~ berapa dari kita sih yang bakal berpikir mendedikasikan diri kita buat nyalemetin orang - nangkepin penjahat? Lebih masuk akal kan kita bakal pake tu power buat ngerjain orang dan sesuatu yang menguntungkan kita. Perubahan psikologis dan akibat yang ditimbulkannya lah yang menjadi highlight dalam film tersebut . Mengenai mitos artis papan atas filmnya pasti laris, wait, siapa sih Dane DeHaan, Alex Russell di film Chronicle? Ada yang tahu? Nyatanya, nobody-knows actors juga bisa lho bisa bikin film bagus. Saya mungkin bisa juga diajak. Uhuk... *colek filmmaker di seluruh penjuru Indonesia

Untuk senias dan insan perfilman lokal, menurut saya pribadi, tema yang diulang nggak masalah, namun kedalaman dan sudut pandang penceritaanlah yang harus diubah. Dan untuk seluruh penonton, hal utama yang harus diubah adalah pola pikir bahwa menonton itu nggak perlu pendapat orang lain.  Bagus/nggaknya itu masalah selera, seperti makanan, nggak bisa dipaksakan. Jujur aja dalam hati, ketika ada temen yang ngereview filmnya jelek, berapa dari kalian sih yang bakal tetep nonton? Atau ketika temen bilang bagus banget ternyata pas diliat biasa aja/ malah jelek? Satu pendapat 'Ah filmnya nggak bagus' ternyata bisa menghancukan reputasi suatu film karena emang karakter masyarakat  yang latah dan masih  tergantung pendapat orang lain. Nggak ada yang suka tuh, sama The Holiday sama Bridge to Terabithia, kritikus Holywood juga nggak suka, nggak dapet Oscar/GoldenGlobes,  tapi saya bisa nonton puluhan kali tanpa rasa bosan. Jadi mulai sekarang sebaiknya kalau ada yang tantya' Filmnya bagus nggak?' mulailah menjawab dengan bijak 'Tonton sendiri aja, terus kita liat  ntar pendapat kita sama enggak.' Deal? :)

Setidaknya tahun ini masih optimis bakal ada film lokal yang bakal kutonton, salah satunya film lokal Soegija karya Garin Nugroho. Film kolosal tentang pahlawan Soegijaprananta yang rencananya tayang pertengahan tahun ini. (penasaran jadinya kaya gimana soalnya sempet terlibat dalam juga pembuatanya-hehehehe :p ) Dan juga satu film blasteran yang sudah heboh dari sekarang. Kenapa Blasteran? Sutradaranya bule Irlandia, tapi produser, artis, dan setting domestik aja. :p Yupe, film The Raid, yang katanya bikin kejang-kejang kritikus di screening film Internasional saking bagusnya. Sampe media sekaliber The Guardian aja ngejek Quentin Tarantino kalo film-filmnya yang super-gore masih kalah sama The Raid ini. Shoot! Jadi penasaran dan sekaligus bangga juga! Masa film Inglorious Basterd sekeren itu kalah ma film lokal. Nah momen dimana film-film lokal Indonesia lagi dilirik sama Hollywood buat diremake ini mungkin nggak terjadi dua kali. Jadi, yang pasti jangan sampe film lokal mati suri lagi ya! Jangan layu sebelum berkembang. Nggak usah muluk-muluk mo bikin film bermutu buat nyelametin keterpurukannya. Untuk meningkatkan awareness boleh loh dimulai dari kirim surat sama Punjabi bersaudara supaya stop produserin film horor nggak bermutu, tulis di blog, atau seperti saya bikin tulisan di fesbuk gini, kalo belum pede buat nulis, ini tulisan di-share dulu juga boleh, kok! :)

Kalo menurut kamu kenapa apa yang bikin males nonton film lokal? Kasih tau aku ya? Mungkin nanti aku bisa sampein ke film-maker lokal  biar pendapat kamu didengar. :)

Reference: http://filmindonesia.or.id/movie/viewers#.TzXcOMX9PSk
                 http://www.imdb.com/title/tt1706593/